Gejug Gongseng Meriahkan Imlek di Kampung Budaya Polowijen
![]() |
Penari memeriahkan perhelatan Gejug Gongseng #1 di Kampung Budaya Polowijen (KBP) Malang. Foto: Dok KBP |
Sebanyak 17 tarian dari berbagai sanggar tari di Malang Raya meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu, memeriahkan Gejug Gongseng #1 saat Imlek Tahun Baru Cina 2025 di Kampung Budaya Polowijen, Rabu (29/1).
Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang menggagas acara ini guna mempersatukan penampilan tari dalam satu panggung.
“Para penari menggunakan gongseng yang rata-rata kesenian di Malang, yaitu tari topeng Malang, tari jaranan dan bantengan juga mengenakan gongseng,” tegasnya.
Acara juga diramaikan dengan penampilan yang spesial di antaranya Wayang Blang Bleng Ki Ompong Sudarsono dan Pra Uji Tari Topeng Sabrang.
Para tokoh seniman tari hadir, yaitu Tri Broto Wibisono dari Surabaya dan Winarto EKram dari Malang Dance. Para budayawan dari Malang pun turut mengapresiasi, seperti Ki Lelono Solekhan dan Syamsul Subakri yang akrap di panggil Mbah karjo beserta guru tari dari tujuh sanggar berkolaborasi dalam Gejug Gongseng #1.
Sementara itu, tokoh seniman tari Winarto Ekram mengatakan kolaborasi apik dalam Gejug Gongseng #1 mempertemukan penari-penari sebagai wujud srawung sanggar.
“Jika ini rutin di selenggarakan dan keliling dari sanggar ke sanggar atau di tempat tertentu yang bisa digunakan untuk menari bersama-sama atau secara bergantian, maka akan timbul energi positif bahwa Malang bisa jadi barometer berkesenian,” ungkap pimpinan Malang Dance tersebut.
Pembuka Gejug Gongseng #1 menampilkan Tari Jaranan dari Putra Mahkota Panawijen, lalu perwakilan tujuh sanggar tampil secara bergantian.
Dari Sanggar Gong Pro Singosari Malang pimpinan Reni Kurniawati menampilkan tari Greget Pincuk, Angguk Jos, Remo Bolet, dan Beskalan Putri Malang. Dari Sanggar Seni Denendar Batu & Malang pimpinan Endra Zulaifah menampikan tari Sug Nyusug, Jejaring Laron, Kecak, Tuna Layu, dan Jambel Abang.
Adapun dari Kampung Budaya Polowijen pimpinan Ki Demang menampilkan tari topeng Bapang, topeng Sabrang, topeng Patih dan topeng Ragil Kuning.
Sedangkan dari Sanggar Topeng Ngesti Pandawa Lowok Permanu Pakisaji Malang pimpinan syafii menampilkan tari topeng Sabrang.
Tak Ketinggalan penampilan dari Malang Dance Indonesia pimpinan Winarto Ekram menyajikan tari Emban Komedi Singkong dan acara ditutup Tari Jaranan dari Putra Manunggal Nawasena Polowijen pimpinan Rininta.
Menurut Ki Demang, Gejug Gongseng bermakna penari menghentakkan telapak kaki ke belakang yang menjadi tumpuan dengan menggunakan gongseng. Gejug ada 2, yaitu gejug kanan dan gejug kiri yang merupakan istilah dari gerakan-gerakan yang sering dipakai pada pelajaran seni tari, baik praktik maupun teori seni tari.
Sejak peluncuran gerakan gejug gongseng ini mendapat respons positif dari Sri Mulyani, Dosen tari Sekolah Tinggi kesenian Wilwatikta Surabaya.
“Bu Sri Mulyani akan membantu mengkoreografikan tari Gejug Gongseng sehingga sewaktu-waktu saat gerakan Gejug Gongseng ini digelar, minimal penari bisa bersama-sama melakukan flash mop tari Gejug Gogseng selain menampilkan sajian tari utama,” terang Ki Demang, Penggaas Kampung Budaya Polowijen.
Kemeriahan Gejug Gongseng #1 di KBP ini semakin lengkap dengan pementasan wayang Blang Bleng oleh Ki Ompong Sudarsono, dalang dari Temanggung. Ia berkolaborasi bersama Mbah Minto dari Bojonegoro dan Mas Ciple pemusik One Man Show dari Jabung yang turut mengajak penari Embang Komedi Singkong dan anak-anak penari lain.
Alhasil, suasana pun lebih hidup dan meriah. Sebagai penutup, penampilan praujian Tari Topeng Bapang oleh penari dari Kampung Budaya Polowijen.
Sumber: Kampung Budaya Polowijen